Minggu, 01 Oktober 2023

1.4.a.4.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

 


3 Motivasi Perilaku Manusia

Diane Gossen menyatakan ada 3 motivasi manusia, yaitu

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain

3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan niilai-nilai yang mereka percaya

Penulis pernah berada dalam sebuah situasi sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan, hingga bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain. Penulis tetap melakukannya karena mempertahankan prinsip-prinsip yang diyakini oleh penulis. Penulis merasa menjadi seorang yang berlwanan dengan orang lain, walaupun begitu penulis tetap merasa harus bertumbuh meski menyakitkan dan hal tersebut menjadi pembelajaran yang baik bagi kehidupan penulis.


Tugas 2.2 (1)

Penulis mengikuti program guru penggerak ini karena penasaran dengan program ini, bentuk pengetahuan baru dan pembelajaran yang akan diberikan dalam program ini. Penulis merasa tertantang ingin mengikuti tes program guru penggerak ini sekaligus untuk menguji kempetensi yang penulis miliki. Walaupun dalam program ini, pemerintah menawarkan posisi kepala sekolah atau pengawas, tetapi hal tersebut bukan tujuan utama karena penulis bukan bagian dari ASN. Penulis hanya ingin menjadi seorang pemelajar sehingga dapat menghadirkan pendidikan dan pengajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan kodratnya. Motivasi ini berdampak jangka panjang, penulis berusaha terus untuk mencari dan belajar hal-hal baru dari berbagai sumber. 


Tugas 2.2 (2)

Sebagai seorang Guru dan sudah menjadi habit untuk selalu berusaha menghargai waktu. Menghargai diri sendiri dan dapat menjadi teladan bagi orang lain. Murid lebih mudah mencontoh perilaku kita daripada kita memaksa untuk mematuhi aturan. 


Tugas 2.2 (3)

Penulis akan tetap hadir tepat waktu untuk mengajar murid-murid, walaupun tidak ada aturan yang dibuat atau tidak ada teguran maupun penghargaan. Penulis  memiliki tanggungjawab terhadap tugas pokok sebagai guru dan melayani murid dengan sepenuh hati. Hadir tepat waktu sudah menjadi habit bagi penulis, tidak hanya saat akan hadir di kelas untuk mengajar murid-murid, tetapi juga datang lebih awal saat mengikuti kegiatan apa saja.


Tugas 2.2 (4)

Dari ketiga motivasi yang disampaikan oleh Diane Gossen, motivasi yang paling banyak mendasari perilaku murid-murid di sekolah penulis saat ini adalah kombinasi atara satu dan dua, yaitu untuk mengindari ketidaknyamanan dan mendapat penghargaan. Mereka menghindari hukuman karena tidak mau berurusan dengan hukuman. Mengerjakan tugas tepat waktu karena ingin mendapatkan penghargaan dari guru, yaitu nilai yang baik.


Tugas 2.2 (5)

Strategi yang penulis lakukan untuk menanamkan disiplin positif pada murid adalah pertama, penulis berusaha untuk menjadi contoh teladan bagi murid. Kedua, mengajak murid berdoa sebelum dan sesudah aktivitas serta bersyukur jika mendapat pemahaman baru. Ketiga, saat mempresensi murid sekaligus meminta murid untuk membuat kalimat motivasi atau sebab akibat dan memberi penguatan kepada murid. Keempat, mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Kelima, mengingatkan tentang keyakinan kelas setiap pertemuan pembelajaran.


Tugas 2.2 (6)

Nilai-nilai kebajikan yang penulis usahakan untuk selalu ditanamkan dalam diri murid diantaranya adalah pertama, beriman dan bertaqwa, yaitu berdoa sebelum dan sesudah aktivitas, bersyukur jika mendapat pemahaman baru, mengingatkan untuk mengikuti shalat dzuhur berjamaah. Kedua nilai kemandirian, dimana penulis menggunakan metode pembelajaran campuran (blended learning) dengan tujuan agar murid dapat belajar mandiri di rumah, kemudian mengingatkan murid untuk selalu mengerjakan penugasan dengan tepat waktu dan tidak menunda-nundanya. Ketiga nilai kebhinekaan global, seperti menghargai teman yang berbeda agama, ras, suku, dan budaya. Keempat, nilai Gotong Royong, seperti adanya jadwal bakti sosial setiap jumat pagi, dan jadwal piket gotong royong setiap hari sebelum pulang sekolah. Kelima, Kreatif dan Bernalar kritis, penulis berusaha menghadirkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas murid dan bernalar kritis.


Pertanyaan Reflektif






Penulis tidak setuju dengan tindakan Pak Seno. Tindakan Pak Seno bagian dari sebuah hukuman. Sehingga Iva akan merasa tersakiti perasaannya dan malu. Sehingga Iva akan tambah membenci pelajaran matematika.


Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi














Di Topik ini, penulis belajar bahwa hukuman adalah identitas gagal, hanyalah akan menyakiti murid. Murid tidak dapat belajar dari pengalamannya karena rasa bersalah dan tersakiti. Sedangkan konsekuensi biasanya sudah disepakati bersama dengan murid, walaupun begitu motivasi yang hadir adalah ketidaknyamanan atau menghindari konsekuensi yang akan terjadi. Walaupun ketidaknyamanan tersebut dalam jangka pendek.


Pertanyaan Reflektif







Berdasarkan teori motivasi, murid-murid kelas 2 termotivasi karena ingin mendapatkan penghargaan. Saat tidak ada penghargaan, murid kelas 2 tidak lagi mengikuti aturan yang ditetapkan. Ada cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas tanpa penghargaan, yaitu bersama-sama dengan murid membuat kesepakatan bersama tentang keyakinan kelas. Keyakinan yang dibuat bersama murid akan menumbuhkan motivasi murid dari dalam diri. Murid akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya daripada hanya sekedar menaati aturan.


Dihukum oleh Penghargaan






Penghargaan ataupun hukuman merupakan cara mengontrol individu yang dapat menghancurkan potensi belajar. Idelanya tindakan belajar itu sendiri merupakan sebuah penghargaan.

1. Pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Penghargaan efektif untuk jangka pendek. Tetapi jika terus menerus melakukannya, maka individu tersebut hanya akan bergantung pada penghargaan, sehingga dia akan kehilangan motivasi.

2. Penghargaan tidak efektif. Seseorang melakukan sesuatu karena hanya ingin mendapatkan penghargaan. Ketika penghargaan itu berhenti, dia akan berhenti melakukannya.

3. Penghargaan merusak hubungan. Jika seseorang mendapat penghargaan di depan banyak orang, maka yang lain akan merasa iri dan mungkin ada yang tidak menyukainya.

4. Penghargaan mengurangi ketepatan

5. Penghargaan menurunkan kualitas.

6. Penghargaan mematikan kreativitas

7. Penghargaan menghukum

8. Motivasi dari Dalam Diri (intrinsik)


Tugas 2.2 (7)

Ada 2 penelitian menarik, yaitu pertama, penghargaan menghukum dan kedua, motivasi dari dalam diri (intrinsik). Pertama, penghargaan menghukum mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Selama ini penulis menganggap bahwa sistem 'ranking' itu akan menjadi motivasi tanpa memikirkan efek sampingnya. Ternyata penghargaan dan hukuman adalah sama. Selama ini memang yang terjadi adalah guru mencoba mengendalikan, walaupun memahami bahwa individu merdeka itu tidak suka dikendalikan. Kedua, motivasi dari dalam diri (intrinsik), ini adalah hal yang menurut penulis sulit untuk dilakukan, sehingga kebanyakan mengambil jalan memberikan penghargaan yang dianggap efektif selama ini. Menunjukkan kegembiraan saat anak berhasil dalam proses pembelajarannya ini ternyata hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi dalam diri murid. Hal ini sungguh menantang bagi penulis, karena mengubah mindset murid yang tadinya terbiasa dengan reward



Jumat, 29 September 2023

1.4.a.4.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal


Setiap perilaku memiliki tujuan. Terkadang kita tampak seperti mengontrol murid, dikarenakan murid tersebut mengizinkan kita untuk mengontrol dirinya. Pendidik berusaha mempengaruhi murid, mengulangi hal-hal positif. Hal ini adalah bentuk kontrol. Kemungkinan murid menolak bentuk kontrol dapat saja terjadi. Jadi, pendidik pun tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jika murid tersebut tidak ingin melakukannya. Sedangkan disiplin positif merupakan keinginan seseorang untuk menjadi manusia yang mereka inginkan dan mereka percaya. Motivasinya adalah karena mereka ingin menghindari hukuman, menjadi orang yang mereka inginkan dan percayai serta menghargai diri sendiri, dan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.

Simulasi "Cobalah Buka!"

Saya dan teman akan mencoba untuk melakukan simulasi. Tugas saya adalah mengepalkan salah satu tangan dan tangan tersebut menyimpan sesuatu yang sangat berharga sehingga perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga dalam kepalan tangan. Sedangkan tugas teman saya adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan saya. Teman saya ini boleh melakukan berbagai cara untuk membuka kepalan tangan saya seperti membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi, menggoda, menggelitik, bahkan menawari uang agar saya bersedia membuka kepalan tangan saya.

Apabila saya atau teman membuka kepalan tangan saya terjadi, itu karena saya telah menyerah dengan usaha yang telah teman saya lakukan dan saya pun rela melepaskan milik saya yang berharga.

Apabila saya atau teman saya menutup kepalan tangan saya terjadi, itu karena saya dengan sekuat tenaga melindungi apa yang saya miliki agar tidak direbut oleh orang lain dan teman saya pun menyerah dengan usaha yang dilakukannya.

Dalam kegiatan ini, sesungguhnya yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan tersebut adalah diri pribadi sendiri. Jadi setiap orang memiliki posisi kontrolnya sendiri.

Tanggapan Reflektif

Kontrol diri dikendalikan oleh diri individu tersebut dan kontrol diri antara satu individu dengan individu lainnya bisa saja berbeda. Ada yang kuat bertahan, ada juga yang rela melepaskan, bergantung dari bagaimana diri individu tersebut dalam memotivasi, membimbing, dan mengatur emosinya.

Teori Kontrol (Dr. William Glasser)

Selama ini pendidik merasa bahwa telah berhasil mengontrol murid, sejatinya hal tersebut karena dia telah mengijinkan kita untuk mengontrol dirinya. Dan perilaku tersebut memiliki tujuan, baik yang dia sukai maupun yang tidak dia sukai. Berbagai bentuk kontrol kita usahakan untuk mempengaruhi murid, berharap murid akan menyadarinya, tetapi tidak menutup kemungkinan murid juga akan menolak usaha kita. Fakta yang sering terjadi di lapangan adalah pendidik menggunakan kritik dan rasa bersalah, dan hal tersebut akan menuju murid dengan identitas gagal dan mereka akan belajar tentang hal yang kurang baik dari dirinya. Perilaku memaksa yang dilakukan oleh orang dewasa selama ini tidak akan efektif untuk jangka panjang dan akan membentuk kebencian. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan perilaku murid yang hanya taat ketika di depan guru, tetapi akan kembali berulah jika sedang merasa tidak diawasi.

Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigam Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol ? (Stephen R. Covey)

Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa, "..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas".


Terdapat perbedaan yang sangat nyata antara teori stimulus respon dengan teori kontrol. Teori yang selama ini kita anggap telah benar (teori stimulus respon), ternyata sangat tidak efektif. Dengan adanya teori kontrol, dengan perlahan kita dapat mengubah cara kita untuk posisi kontrol yang akan kita ambil.

Makna Disiplin

Penerapan disiplin di sekolah dapat menciptakan lingkungan yang positif. Selama ini disiplin berarti mematuhi tata tertib yang berlaku dan ada sanksi jika melanggarnya. Penerapan disiplin di sekolah masih belum efektif dan perlu ditinjau lebih mendalam lagi. Disiplin positif harus dimulai dari diri sendiri untuk menjadi teladan bagi orang lain. Disiplin positif hadir atas kesadaran sendiri karena ingin menjadi bagian dari terciptanya lingkungan positif. Pernah terlintas ingin mendapatkan pujian dari orang lain, tetapi seiring berjalannya waktu, hal tersebut menjadi kebiasaan.

Makna Kata Disiplin

Jika mendengar kata "disiplin", yang terbayang adalah taat terhadap tata tertib. Jika melanggar aturan, maka akan bersiap menghadapi konsekuensinya. Disiplin menjadi hal yang kurang menyenangkan bagi sebagian besar individu. Ternyata hal tersebut berbeda, disiplin positif tidak harus memberikan hukuman. Hukuman adalah solusi terakhir atau bahkan tidak perlu untuk dilakukan.

Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa, "dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat "self discipline" yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka". (Ki Hadjar Dewantara, pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Disiplin yang dimaksud adalah yang dimulai atas kesadaran diri. Jika tidak ada motivasi dalam diri, maka memerlukan pihak luar diri untuk memotivasi mendisiplinkan diri kita. Seseorang yang sudah memiliki disiplin diri artinya bisa bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah membuat murid memiliki disiplin diri (atas kesadarannya sendiri) sehingga perilaku mereka mengacu pada nilai-nilai kebajikan.

Alangkah indahnya jika di sekolah telah tercipta disiplin positif dari seluruh warga sekolah. Belajar pun menjadi aman, nyaman, dan menyenangkan. Semua warga sekolah menyadari tanggungjawabnya masing-masing.

Nilai-nilai Kebajikan

Disiplin dengan motivasi intrinsik merupakan bentuk kontrol diri yang memiliki tujuan mulia. Tujuan mulia ini adalah nilai-nilai kebajikan universal yaitu hadirnya karakter Profil Pelajar Pancasila dalam setiap individu.

Nilai-nilai Kebajikan dari enam institusi/organisasi

Dari keenam organisasi, nilai kebajikan yang menarik adalah Profil Pelajar Pancasila. Nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila ini telah digaungkan di sekolah kami. Seperti nilai kebajikan Beriman dan bertaqwa, adanya jadwal adzan secara bergantian, shalat dzuhur berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Nilai gotong royong, dimana setiap jumat pagi ada jadwal senam dan bakti sosial, murid diajak berdiskusi, dan juga berkolaborasi dengan rekan sejawat. Nilai berkhebinekaan global, murid berkolaborasi tanpa membedakan agama, suku, ras, dan budaya, kemudian melaksanakan kegiatan P5 dengan topik Indahnya toleransi, damainya Indonesiaku. Nilai mandiri, seperti bertanggungjawab dengan tugas akademik, mencari referensi lain. Nilai bernalar kritis, seperti melaksanakan pembelajaran dengan diskusi kelompok. Terakhir nilai kreatif, seperti menghadirkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas murid.

Tugas 2.1 (1)

Setelah mengikuti program guru penggerak hingga sampai ke modul ini, banyak hal yang saya pelajari sehingga memberikan dampak atau perubahan ke yang lebih baik secara signifikan. Mulai dari perubahan sikap dalam menghadapi murid, bersosialisasi dengan murid, proses pembelajaran yang lebih bervariatif dan berpihak kepada murid, lebih memperhatikan kebutuhan murid dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi.

Tugas 2.1 (2)

Saat mengikuti suatu pelatihan, saya seorang pemelajar yang mandiri. Latar belakang saya bukan dari sarjana pendidikan, sehingga saya merasa sangat perlu untuk belajar tentang bagaimana mendidik dan mengajar yang sesuai dengan tuntunan. Hal ini bagian dari pengembangan diri yang saya lakukan untuk terus belajar meningkatkan kompetensi dan mengupgrade ilmu-ilmu baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga dapat menghadirkan pendidikan dan pengajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan kodratnya.

Tugas 2.1 (3)

Bagi saya, displin adalah bagian dari habit yang telah terbentuk sejak usia sekolah. Saya selalu mengusahakan hadir tepat waktu dan berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk sekolah tempat saya bertugas. Walaupun tidak ada penghargaan, karena disiplin sudah menjadi kebiasaan, maka hal tersebut tidak menjadi masalah bagi saya. Jika saya melanggar kedisiplinan yang sudah terbentuk sejak usia sekolah, saya malah menjadi merasa bersalah. 

Tugas 2.1 (4)

Motivasi yang paling mendasari perilaku murid-murid saya di sekolah adalah sebagian besar karena ingin dilihat dan  dipuji. Mereka ingin mendapatkan penghargaan. Terbukti saat saya meminta mereka untuk mencari informasi dan menuliskannya di buku, mereka melakukannya karena ingin mendapatkan stempel reward dari saya.

Tugas 2.1 (5)

Strategi yang sudah saya lakukan selama ini untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid adalah dengan membuat keyakinan kelas bersama murid kemudian membuat poster keyakinan kelas dan menempelkannya di dinding kelas agar dapat dibaca dan diingat oleh seluruh murid. Murid berperilaku sesuai dengan keyakinan kelas dan jika ada murid yang melanggar keyakinan kelas maka akan langsung diingatkan oleh teman sebayanya.

Tugas 2.1 (6)

Nilai-nilai kebajikan yang berusaha saya tanamkan adalah nilai-nilai religius seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, bersyukur kepada Tuhan ketika diberi pemahaman dalam pembelajaran, mengingatkan murid untuk menjalankan kewajiban dengan mengikuti shalat dzuhur berjamaah di mushola. Selain itu juga ada nilai-nilai saling menghargai, yaitu mendengarkan ketika orang lain berbicara dan menghargai pendapatnya. Kemudian ada juga nilai-nilai mandiri, dimana murid mencari sumber referensi materi saat dirumah dan mendiskusikannya di kelas tatap muka. Ada juga nilai-nilai Gotong-royong yaitu bersama-sama melaksanakan piket gotong royong yang telah dibuat.

Penutup

Semoga dapat menanamkan jiwa kepemimpinan dalam diri, memiliki dan menerapkan disiplin positif agar dapat terwujudkan generasi yang beriman dan bertaqwa, bertanggungjawab, dan berkarakter pancasila sesuai dengan visi yang telah saya buat di modul sebelunya.

Mulai dari Diri - Budaya Positif


Pendidik diibaratkan sebagai seorang petani, memiliki peran penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur dan memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami.

Ki Hadjar Dewantara menyetakan bahwa, "...kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya." (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No. 1, 2, 3, 4., Nov 1936., Jan, Febr. 1973)


Dianalogikan bahwa sekolah adalah tempat bercocok tanam, jadi pendidik bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan, tanpa adanya paksaan. Jika terjadi paksaan-paksaan, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi.

Menciptakan lingkungan sekolah yang positif adalah tanggungjawab kita sebagai seorang pendidik, sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Jika kita dapat menghadirkan lingkungan yang aman dan nyaman maka murid akan bebas berproses, belajar, dan mengembangkan potensi serta minat dan bakatnya.

Apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan Anda?

Lingkungan positif dapat menciptakan suasana sekolah yang aman dan nyaman untuk belajar bagi murid, tanpa adanya paksaan. Murid merdeka dalam belajar dan mengeksplorasi diri, belajar dari kesalah yang dilakukan.

Sebagai seorang pendidik dan/atau pemimpin sekolah, bagaimana Anda dapat menciptakan suasana positif di lingkungan Anda selama ini ?

Menjaga komunikasi dengan warga sekolah, mengajak berdiskusi murid dan juga pendidik, membudayalan hal yang baik, membuat pembelajaran berbasis proyek yang disukai murid, dan menguatkan perilaku positif murid.

Apakah hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?

Jika suasana yang positif dapat terwujud, maka murid akan merdeka berekspresi dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, belajar dengan bahagia. Pembelajaran pun akhirnya menjadi pembelajaran yang berpihak pada murid.

Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang mneurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan ?

Penerapan disiplin di sekolah saat ini saya belum efektif. Pendidik masih harus terus belajar mengenai pemahaman budaya positif di sekolah, membuat kebijakan disiplin yang jelas dan konsisten, belajar cara pendekatan disiplin positif yang akan digunakan, memperhatikan kebutuhan murid, dan melakukan evaluasi serta refleksi terhadap disiplin di skeolah.

Refleksi

Impian untuk menghadirkan sekolah yang aman dan nyaman untuk belajar, sekolah yang ramah anak, sampah dikelola dengan baik, sanitasi air mencukupi, sekolah menyenangkan dan bermakna, sekolah memperhatikan kodrat dan kebutuhan murid, sehingga impian tersebut tertuang ke dalam visi, yaitu "terwujudnya generasi yang beriman bertaqwa, bertanggungjawab, dan berkarakter pancasila". Selama proses pembelajaran di modul sebelumnya, telah memulai secara perlahan beberapa prakarsa perubahan yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut. Ada hal positif yang tercipta seperti melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan dan memastikan murid bahagia. Berkolaborasi dengan teman sejawat mendiskusikan startegi pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan kemandirian murid.

Harapan untuk Diri Sendiri

Menjadi seorang pendidik yang dirindukan oleh murid. Mampu memimpin diri sendiri sehingga dapat menuntun dan membimbing murid. Selalu mengembangkan strategi pembelajaran yang asik dan menyenangkan, sehingga matematika tidak lagi menjadi hal yang menakutkan dan dibenci. Berkolaborasi dengan pendidik lain untuk berbagi dan melakukan pengembangan diri.

Harapan pada Murid

Murid datang ke sekolah dengan bahagia dan penuh semangat. Tertanam budaya positif dalam karakter murid. Murid juga bebas mengeksplorasi diri sesuai dengan minat dan bakatnya.

Ekspektasi

Setelah belajar modul budaya positif, saya berharap dapat menjadi bagian dari menciptakan suasana sekolah yang aman dan nyaman untuk belajar. Materi di modul ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya mengenai cara atau strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan budaya positif di sekolah.


Demikianlah beberapa hal yang saya pahami saat ini sebelum belajar pada modul 1.4 Budaya Positif.

Terima kasih dan salam bahagia




Minggu, 17 September 2023

LOKAKARYA 1 || PENGEMBANGAN KOMUNITAS PRAKTISI

 


REFLEKSI LOKAKARYA 1

Siti Fadiyatun Nikmah, S.Si.Gr.

CGP Angkatan 9 Kabupaten Kotwaringin Timur

 

Apa Pentingnya Komunitas Praktisi ?

Komunitas praktisi penting sebagai wadah untuk berbagi praktik baik dalam pengajaran dan pembelajaran, menjaga semangat para anggota melalui kolaborasi dan motivasi untuk mempertahankan pembelajaran praktik baik yang dilakukan. Sehingga diri pribadi dapat melakukan pengembangan diri, berinteraksi, berkolaborasi, dan merefleksi diri secara bersama-sama.

 

Apa Artinya Komunitas Praktisi ?

Sekumpulan beberapa orang (lebih dari satu) yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang aktivitas yang mereka kerjakan dan ingin melakukan yang lebih baik lagi dengan berkolaborasi rutin bersama-sama.

 

Apa Peranan Diri dalam Komunitas Praktisi ?

Sebagai penggerak dalam komunitas praktik baik di sekolah atau di luar lingkungan sekolah. Mengajak rekan-rekan guru untuk menjadi tim yang akan menggerakkan komunitas praktisi. Setelah menganalisis kebutuhan belajar anggota, sehingga dirasa sangat perlu untuk membentuk komunitas praktisi yang kemudian memfasilitasi rencana kegiatan belajar berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Rencana kegiatan belajar dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota agar bertanggungjawab dan terlibat aktif.

 

Mencari narasumber yang relevan sesuai kebutuhan belajar, baik dari dalam komunitas maupuan di luar komunitas. Dari dalam komunitas biasanya ditawarkan kepada rekan guru yang bersedia. Di luar komunitas, naraumber akan disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam menyelenggarakan kegiatan belajar di komunitas melibatkan semua anggota sebagai motivasi, membagi tugas dan peran dalam komunitas, merencanaka persiapan yang akan dilakukan dan kegiatan pelaksanaan serta pasca pelaksanaan. penyelenggaraan didasari pada prinsip fleksibilitas.

 

Setelah kegiatan belajar, tidak lupa untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan hasil kegiatan belajar. Hal ini sebagai manajemen pengetahuan dan sumber belajar bagi komunitas lain serta media refleksi bagi anggota. Pengetahuan dan keterampilan yang didapat anggota komunitas tidak berhenti begitu saja, peran adanya pendampingan rekan sejawat dalam mempraktikkan hasil belajar di komunitas. Setiap ilmu yang didapat harus membawa dampak perubahan menuju praktik yang lebih baik pada proses pembelajaran.

 

Kemudian memfasilitasi evaluasi dan refleksi pembelajaran dan penerapan kegiatan sebagai peran terakhir yang harus dilakukan.Evaluasi sebagai proses mengetahui ketercapaian sebuah tujuan dalam komunitas. Evaluasi ini bagian penting dalam menjalankan komunitas praktisi karena dapat mengetahui perkembangan kemampuan dan kompetensi diri dan rekan sejawat. Sedangkan refleksi merupakan proses memikirkan kembali makna  dari proses pembelajaran yang telah dilakukan sebagai bahan pembelajaran rekan lain. Refleksi sangat penting dilakukan agar rekan sejawat yang belum berhasi dapat semakin mengembangkan praktik baik yang telah berhasil dilakukan.

 

 Apa saja Tahapan dalam Menggerakkan Komunitas Praktisi ?

Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam menggerakkan komunitas praktisi. Tahap merintis merupakan tahapan untuk memulai sebuah komunitas. Strategi yang dapat dilakukan dengan membangun percakapan awal dengan para pihak manajemen sekolah. Rekan guru yang bersemangat dan bersedia menjadi pengikut pertama dalam merintis komunitas praktisi ini. Bersama-sama membangun percakapan yang bermakna mengenai masalah-masalah dan mencari solusi yang dapat dilakukan.

 

Pada tahap menumbuhkan merupakan proses yang harus dilakukan dengan menyebarluaskan pengetahuan dan praktik baik yang dilakukan. Melakukan pertemuan belajar secara rutin untuk memperkuat proses belajar anggota. Jadwal dan waktu disepakati bersama seluruh anggota. Mendorong dan mendampingi anggota komunitas menerapkan hasil belajar serta mendokumentasikan dan membagikan hasil belajar.

 

Terakhir adalah tahap merawat keberlanjutan untuk memastikan proses baik sudah berjalan dan memberikan dampak positif bagi anggota komunitas dan murid. Merawat keberlanjutan ini bukan hal yang mudah, karena pada praktiknya banyak komunitas yang tidak berlangsung dengan baik atau mati suri. Tantangan yang dihadapi harus dapat diselesaikan secara bersama dalam komunitas agar dapat terus tumbuh dan terawat dengan baik.