Setiap perilaku memiliki tujuan. Terkadang kita tampak seperti mengontrol murid, dikarenakan murid tersebut mengizinkan kita untuk mengontrol dirinya. Pendidik berusaha mempengaruhi murid, mengulangi hal-hal positif. Hal ini adalah bentuk kontrol. Kemungkinan murid menolak bentuk kontrol dapat saja terjadi. Jadi, pendidik pun tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jika murid tersebut tidak ingin melakukannya. Sedangkan disiplin positif merupakan keinginan seseorang untuk menjadi manusia yang mereka inginkan dan mereka percaya. Motivasinya adalah karena mereka ingin menghindari hukuman, menjadi orang yang mereka inginkan dan percayai serta menghargai diri sendiri, dan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.
Simulasi "Cobalah Buka!"
Saya dan teman akan mencoba untuk melakukan simulasi. Tugas saya adalah mengepalkan salah satu tangan dan tangan tersebut menyimpan sesuatu yang sangat berharga sehingga perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga dalam kepalan tangan. Sedangkan tugas teman saya adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan saya. Teman saya ini boleh melakukan berbagai cara untuk membuka kepalan tangan saya seperti membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi, menggoda, menggelitik, bahkan menawari uang agar saya bersedia membuka kepalan tangan saya.
Apabila saya atau teman membuka kepalan tangan saya terjadi, itu karena saya telah menyerah dengan usaha yang telah teman saya lakukan dan saya pun rela melepaskan milik saya yang berharga.
Apabila saya atau teman saya menutup kepalan tangan saya terjadi, itu karena saya dengan sekuat tenaga melindungi apa yang saya miliki agar tidak direbut oleh orang lain dan teman saya pun menyerah dengan usaha yang dilakukannya.
Dalam kegiatan ini, sesungguhnya yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan tersebut adalah diri pribadi sendiri. Jadi setiap orang memiliki posisi kontrolnya sendiri.
Tanggapan Reflektif
Kontrol diri dikendalikan oleh diri individu tersebut dan kontrol diri antara satu individu dengan individu lainnya bisa saja berbeda. Ada yang kuat bertahan, ada juga yang rela melepaskan, bergantung dari bagaimana diri individu tersebut dalam memotivasi, membimbing, dan mengatur emosinya.
Teori Kontrol (Dr. William Glasser)
Selama ini pendidik merasa bahwa telah berhasil mengontrol murid, sejatinya hal tersebut karena dia telah mengijinkan kita untuk mengontrol dirinya. Dan perilaku tersebut memiliki tujuan, baik yang dia sukai maupun yang tidak dia sukai. Berbagai bentuk kontrol kita usahakan untuk mempengaruhi murid, berharap murid akan menyadarinya, tetapi tidak menutup kemungkinan murid juga akan menolak usaha kita. Fakta yang sering terjadi di lapangan adalah pendidik menggunakan kritik dan rasa bersalah, dan hal tersebut akan menuju murid dengan identitas gagal dan mereka akan belajar tentang hal yang kurang baik dari dirinya. Perilaku memaksa yang dilakukan oleh orang dewasa selama ini tidak akan efektif untuk jangka panjang dan akan membentuk kebencian. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan perilaku murid yang hanya taat ketika di depan guru, tetapi akan kembali berulah jika sedang merasa tidak diawasi.
Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigam Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol ? (Stephen R. Covey)
Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa, "..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas".
Terdapat perbedaan yang sangat nyata antara teori stimulus respon dengan teori kontrol. Teori yang selama ini kita anggap telah benar (teori stimulus respon), ternyata sangat tidak efektif. Dengan adanya teori kontrol, dengan perlahan kita dapat mengubah cara kita untuk posisi kontrol yang akan kita ambil.
Makna Disiplin
Penerapan disiplin di sekolah dapat menciptakan lingkungan yang positif. Selama ini disiplin berarti mematuhi tata tertib yang berlaku dan ada sanksi jika melanggarnya. Penerapan disiplin di sekolah masih belum efektif dan perlu ditinjau lebih mendalam lagi. Disiplin positif harus dimulai dari diri sendiri untuk menjadi teladan bagi orang lain. Disiplin positif hadir atas kesadaran sendiri karena ingin menjadi bagian dari terciptanya lingkungan positif. Pernah terlintas ingin mendapatkan pujian dari orang lain, tetapi seiring berjalannya waktu, hal tersebut menjadi kebiasaan.
Makna Kata Disiplin
Jika mendengar kata "disiplin", yang terbayang adalah taat terhadap tata tertib. Jika melanggar aturan, maka akan bersiap menghadapi konsekuensinya. Disiplin menjadi hal yang kurang menyenangkan bagi sebagian besar individu. Ternyata hal tersebut berbeda, disiplin positif tidak harus memberikan hukuman. Hukuman adalah solusi terakhir atau bahkan tidak perlu untuk dilakukan.
Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa, "dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat "self discipline" yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka". (Ki Hadjar Dewantara, pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Disiplin yang dimaksud adalah yang dimulai atas kesadaran diri. Jika tidak ada motivasi dalam diri, maka memerlukan pihak luar diri untuk memotivasi mendisiplinkan diri kita. Seseorang yang sudah memiliki disiplin diri artinya bisa bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah membuat murid memiliki disiplin diri (atas kesadarannya sendiri) sehingga perilaku mereka mengacu pada nilai-nilai kebajikan.
Alangkah indahnya jika di sekolah telah tercipta disiplin positif dari seluruh warga sekolah. Belajar pun menjadi aman, nyaman, dan menyenangkan. Semua warga sekolah menyadari tanggungjawabnya masing-masing.
Nilai-nilai Kebajikan
Disiplin dengan motivasi intrinsik merupakan bentuk kontrol diri yang memiliki tujuan mulia. Tujuan mulia ini adalah nilai-nilai kebajikan universal yaitu hadirnya karakter Profil Pelajar Pancasila dalam setiap individu.
Nilai-nilai Kebajikan dari enam institusi/organisasi
Dari keenam organisasi, nilai kebajikan yang menarik adalah Profil Pelajar Pancasila. Nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila ini telah digaungkan di sekolah kami. Seperti nilai kebajikan Beriman dan bertaqwa, adanya jadwal adzan secara bergantian, shalat dzuhur berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Nilai gotong royong, dimana setiap jumat pagi ada jadwal senam dan bakti sosial, murid diajak berdiskusi, dan juga berkolaborasi dengan rekan sejawat. Nilai berkhebinekaan global, murid berkolaborasi tanpa membedakan agama, suku, ras, dan budaya, kemudian melaksanakan kegiatan P5 dengan topik Indahnya toleransi, damainya Indonesiaku. Nilai mandiri, seperti bertanggungjawab dengan tugas akademik, mencari referensi lain. Nilai bernalar kritis, seperti melaksanakan pembelajaran dengan diskusi kelompok. Terakhir nilai kreatif, seperti menghadirkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas murid.
Tugas 2.1 (1)
Setelah mengikuti program guru penggerak hingga sampai ke modul ini, banyak hal yang saya pelajari sehingga memberikan dampak atau perubahan ke yang lebih baik secara signifikan. Mulai dari perubahan sikap dalam menghadapi murid, bersosialisasi dengan murid, proses pembelajaran yang lebih bervariatif dan berpihak kepada murid, lebih memperhatikan kebutuhan murid dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi.
Tugas 2.1 (2)
Saat mengikuti suatu pelatihan, saya seorang pemelajar yang mandiri. Latar belakang saya bukan dari sarjana pendidikan, sehingga saya merasa sangat perlu untuk belajar tentang bagaimana mendidik dan mengajar yang sesuai dengan tuntunan. Hal ini bagian dari pengembangan diri yang saya lakukan untuk terus belajar meningkatkan kompetensi dan mengupgrade ilmu-ilmu baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga dapat menghadirkan pendidikan dan pengajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan kodratnya.
Tugas 2.1 (3)
Bagi saya, displin adalah bagian dari habit yang telah terbentuk sejak usia sekolah. Saya selalu mengusahakan hadir tepat waktu dan berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk sekolah tempat saya bertugas. Walaupun tidak ada penghargaan, karena disiplin sudah menjadi kebiasaan, maka hal tersebut tidak menjadi masalah bagi saya. Jika saya melanggar kedisiplinan yang sudah terbentuk sejak usia sekolah, saya malah menjadi merasa bersalah.
Tugas 2.1 (4)
Motivasi yang paling mendasari perilaku murid-murid saya di sekolah adalah sebagian besar karena ingin dilihat dan dipuji. Mereka ingin mendapatkan penghargaan. Terbukti saat saya meminta mereka untuk mencari informasi dan menuliskannya di buku, mereka melakukannya karena ingin mendapatkan stempel reward dari saya.
Tugas 2.1 (5)
Strategi yang sudah saya lakukan selama ini untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid adalah dengan membuat keyakinan kelas bersama murid kemudian membuat poster keyakinan kelas dan menempelkannya di dinding kelas agar dapat dibaca dan diingat oleh seluruh murid. Murid berperilaku sesuai dengan keyakinan kelas dan jika ada murid yang melanggar keyakinan kelas maka akan langsung diingatkan oleh teman sebayanya.
Tugas 2.1 (6)
Nilai-nilai kebajikan yang berusaha saya tanamkan adalah nilai-nilai religius seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, bersyukur kepada Tuhan ketika diberi pemahaman dalam pembelajaran, mengingatkan murid untuk menjalankan kewajiban dengan mengikuti shalat dzuhur berjamaah di mushola. Selain itu juga ada nilai-nilai saling menghargai, yaitu mendengarkan ketika orang lain berbicara dan menghargai pendapatnya. Kemudian ada juga nilai-nilai mandiri, dimana murid mencari sumber referensi materi saat dirumah dan mendiskusikannya di kelas tatap muka. Ada juga nilai-nilai Gotong-royong yaitu bersama-sama melaksanakan piket gotong royong yang telah dibuat.
Penutup
Semoga dapat menanamkan jiwa kepemimpinan dalam diri, memiliki dan menerapkan disiplin positif agar dapat terwujudkan generasi yang beriman dan bertaqwa, bertanggungjawab, dan berkarakter pancasila sesuai dengan visi yang telah saya buat di modul sebelunya.